Lis Diana Putri , Project Manager Recode Reaserch Center |
Jakarta, 3 Juni 2021 ,
Pandemi Covid-19 belum menandakan akan segera berakhir. Dunia dan khususnya Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan untuk vaksinasi massal. Berkaitan dengan itu, Rekode Research Center yang merupakan lembaga survei publik independen telah menyelenggarakan survei nasional di 34 Provinsi untuk memotret bagaimana respon masyarakat terkait dengan kebijakan Vaksinasi Covid-19.
Dalam sebuah diskusi Media secara virtual yang bertajuk "Antusiasme Publik Menyambut Program Vaksin Covid-19"
Narasumber:
- Lis Diana Putri (Manager Program Rekode Research Center)
- Yoesep Budianto (Peneliti Litbang Kompas)
Diskusi ini dimoderatori oleh Jaya Hasiholan
- Lis Diana Putri (Manager Program Rekode Research Center)
- Yoesep Budianto (Peneliti Litbang Kompas)
Diskusi ini dimoderatori oleh Jaya Hasiholan
( 3 Juni 2021) Rekode Reaserch Center (RRC)
Melalui survey ini, diajukan pertanyaan kepada responden, apakah Anda sudah
divaksin Covid-19? Hasilnya, menurut Lisdiana Putri (Project Manager Rekode
Research Center), “terdapat 4,13% responden tidak mau/ menolak divaksin atau setara dengan
7,5jt warga dari 181,5jt target vaksinasi. Selebihnya yakni 13,64% responden menyatakan sudah
divaksin (tanpa menyebut vaksinasi tahap pertama maupun kedua) dan 81,82% belum divaksin”.
Menurut Lisdiana, “responden yang menolak/ tidak mau divaksin itu tersebar di 18
propinsi dan paling banyak ada di Jawa Timur (18%), Riau (12%) dan Jawa Barat (10%)”.
Menurut Lisdiana, responden yang menolak/ tidak mau divaksin berasal dari kelompok warga
yang tidak puas (74%) dengan kinerja Pemerintahan Jokowi-Makruf. Artinya, perlu pendekatan
lebih kuat kepada kelompok warga ini karena pada dasarnya tidak puas dengan kinerja
pemerintahan. Hal ini berbeda dengan responden yang menyatakan belum divaksin, secara
berimbang berasal dari kelompok warga yang puas (48,18%) maupun tidak puas (49,80%)
terhadap kinerja pemerintah Jokowi-Makruf.
Berkaitan dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan, responden yang sudah divaksin
memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap protokol kesehatan (cuci tangan, pakai masker
dan jaga jarak) yakni 98,79%. Responden yang tetap akan patuh pada protokol kesehatan
meskipun telah divaksin, dilatarbelakangi oleh ketidakpercayaan bahwa setelah vaksin akan
terbebas/ tidak tertular Covid-19 (64,85%).
Lebih lanjut profile responden yang belum divaksin dan responden yang menolak/ tidak
mau divaksin adalah tercantum di bawah ini. Profile kelompok warga yang belum dan menolak
divaksin ini diharapkan dapat menjadi pemetaan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan
vaksinasi dan mendorong Indonesia Sehat dan terbebas Covid-19.
1. Responden yang “Belum Divaksin” profilenya adalah laki-laki (55,56%) dan
perempuan (44,44%); terbesar berusia 17-25 tahun (67,88%) dan 25-30 tahun (10,40%);
lulusan sarjana S1 (39,70%) dan lulusan SMA/ sederajat (46,57%); bekerja sebagai pelajar/
mahasiswa (35,45%), dan merupakan karyawan swasta (17,47%); dan terkonsentrasi
ekonomi bawah.
2. Responden yang “Menolak/ Tidak Mau Divaksin” profilenya adalah laki-laki (64%)
dan perempuan (36%); terbesar berusia 17-25 tahun (84%); lulusan sarjana S1 (42%) dan
lulusan SMA/ sederajat (50%); bekerja sebagai pelajar/ mahasiswa (48%), dan merupakan
karyawan swasta (22%); dan terkonsentrasi ekonomi bawah.
(Red)
memaparkan bahwa,
Pemerintah menetapkan kebijakan vaksinasi massal secara bertahap. Langkah ini diambil untuk meningkatkan kekebalan tubuh warga dan merupakan salah satu langkah
dalam menghadapi Pandemi Covid-19.
Berkaitan dengan itu, Rekode Research Center (RRC), sebuah lembaga survey publik
independen menyelenggarakan survey nasional untuk memotret respon masyarakat terkait
kebijakan vaksinasi yang telah dicanangkan pemerintah. Survei ini dilakukan dalam rentang waktu 26 April – 8 Mei 2021 yang melibatkan 1.210 responden di 34 propinsi.
Survei dilakukan dengan metode wawancara melalui telepon dengan memanfaatkan database responden yang dimiliki oleh RRC yang sebelumnya dibentuk dengan metode multistage random sampling di 34 provinsi. Survei ini menetapkan toleransi kesalahan
(margin of error) ±2,9% dengan tingkat kepercayaan mencapai 95%.
dalam menghadapi Pandemi Covid-19.
Berkaitan dengan itu, Rekode Research Center (RRC), sebuah lembaga survey publik
independen menyelenggarakan survey nasional untuk memotret respon masyarakat terkait
kebijakan vaksinasi yang telah dicanangkan pemerintah. Survei ini dilakukan dalam rentang waktu 26 April – 8 Mei 2021 yang melibatkan 1.210 responden di 34 propinsi.
Survei dilakukan dengan metode wawancara melalui telepon dengan memanfaatkan database responden yang dimiliki oleh RRC yang sebelumnya dibentuk dengan metode multistage random sampling di 34 provinsi. Survei ini menetapkan toleransi kesalahan
(margin of error) ±2,9% dengan tingkat kepercayaan mencapai 95%.
![]() |
Yuesep Budianto, peneliti Litbang Kompas |
Melalui survey ini, diajukan pertanyaan kepada responden, apakah Anda sudah
divaksin Covid-19? Hasilnya, menurut Lisdiana Putri (Project Manager Rekode
Research Center), “terdapat 4,13% responden tidak mau/ menolak divaksin atau setara dengan
7,5jt warga dari 181,5jt target vaksinasi. Selebihnya yakni 13,64% responden menyatakan sudah
divaksin (tanpa menyebut vaksinasi tahap pertama maupun kedua) dan 81,82% belum divaksin”.
Menurut Lisdiana, “responden yang menolak/ tidak mau divaksin itu tersebar di 18
propinsi dan paling banyak ada di Jawa Timur (18%), Riau (12%) dan Jawa Barat (10%)”.
Menurut Lisdiana, responden yang menolak/ tidak mau divaksin berasal dari kelompok warga
yang tidak puas (74%) dengan kinerja Pemerintahan Jokowi-Makruf. Artinya, perlu pendekatan
lebih kuat kepada kelompok warga ini karena pada dasarnya tidak puas dengan kinerja
pemerintahan. Hal ini berbeda dengan responden yang menyatakan belum divaksin, secara
berimbang berasal dari kelompok warga yang puas (48,18%) maupun tidak puas (49,80%)
terhadap kinerja pemerintah Jokowi-Makruf.
![]() |
Jaya Hosiholan, Moderator |
Berkaitan dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan, responden yang sudah divaksin
memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap protokol kesehatan (cuci tangan, pakai masker
dan jaga jarak) yakni 98,79%. Responden yang tetap akan patuh pada protokol kesehatan
meskipun telah divaksin, dilatarbelakangi oleh ketidakpercayaan bahwa setelah vaksin akan
terbebas/ tidak tertular Covid-19 (64,85%).
Lebih lanjut profile responden yang belum divaksin dan responden yang menolak/ tidak
mau divaksin adalah tercantum di bawah ini. Profile kelompok warga yang belum dan menolak
divaksin ini diharapkan dapat menjadi pemetaan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan
vaksinasi dan mendorong Indonesia Sehat dan terbebas Covid-19.
1. Responden yang “Belum Divaksin” profilenya adalah laki-laki (55,56%) dan
perempuan (44,44%); terbesar berusia 17-25 tahun (67,88%) dan 25-30 tahun (10,40%);
lulusan sarjana S1 (39,70%) dan lulusan SMA/ sederajat (46,57%); bekerja sebagai pelajar/
mahasiswa (35,45%), dan merupakan karyawan swasta (17,47%); dan terkonsentrasi
ekonomi bawah.
2. Responden yang “Menolak/ Tidak Mau Divaksin” profilenya adalah laki-laki (64%)
dan perempuan (36%); terbesar berusia 17-25 tahun (84%); lulusan sarjana S1 (42%) dan
lulusan SMA/ sederajat (50%); bekerja sebagai pelajar/ mahasiswa (48%), dan merupakan
karyawan swasta (22%); dan terkonsentrasi ekonomi bawah.
(Red)
Tidak ada komentar
Posting Komentar